Untuk menduduki jabatan
direktur di suatu perusahaan, seseorang harus menempuh masa pendidikan yang
panjang. Dia harus memiliki ijazah tertentu, dengan kompetensi tertentu, dengan
ujian tertentu. Setelah dinyatakan memenuhi persyaratan, barulah seseorang
dilantik menjadi direktur perusahaan. Namun untuk menjadi direktur keluarga,
ternyata tidak disertai dengan masa pendidikan yang memadai.
Sangat banyak hal yang
harus dipelajari tentang pernikahan dan keluarga. Seandainya dibuat dalam satuan
mata kuliah, sudah bisa menjadi satu fakultas tersendiri di sebuah universitas.
Namanya Fakultas Pernikahan. Seluruh kurikulum berisi seluk beluk pernikahan,
keluarga, perceraian, dan segala hal yang berhubungan dengannya. Rujukan
bukunya sudah sangat banyak beredar di pasaran.
Semestinyalah semua orang
yang akan menikah, telah melalui masa kuliah pernikahan, sehingga mengerti
berbagai ilmu yang diperlukan untuk membentuk keluarga yang harmonis,
sejahtera, produktif dan bahagia. Ketika menikah tanpa berbekal pengetahuan dan
pemahaman yang mencukupi, sangat banyak ditemukan fenomena penyimpangan dalam
keluarga dalam berbagai bentuknya. Ujungnya adalah kegagalan berumah tangga,
perceraian.
Kuliah menjelang pernikahan
bisa diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama, atau oleh BKKBN, atau oleh pihak
masjid / gereja, atau oleh tokoh agama, atau oleh pihak LSM yang berkompeten.
Tujuannya adalah memberikan pembekalan dasar-dasar dan ketrampilan membina
rumah tangga. Durasi waktu yang diperlukan sangat fleksibel, sesuai situasi dan
kondisi. Namun esensi pembekalan ini yang lebih penting untuk diupayakan.
Teknisnya juga bisa sangat variatif.
Menikah
Itu Untuk Selamanya
Pernikahan tidak
boleh diniatkan untuk jangka waktu tertentu. Saat melaksanakan akad nikah,
tidak boleh terbersit ada pikiran untuk membatasi usia pernikahan dalam suatu
rentang waktu. Pernikahan tidak boleh bermotivasi coba-coba, atau eksperimen,
atau semacam itu.
“Sekarang yang penting
nikah dulu, besok kalau tidak cocok ya cerai saja”.
“Sekarang dicoba dulu,
kalau bahagia diteruskan, kalau tidak bahagia cerai saja”.
Jangan pernah berpikir
untuk bercerai. Jangan ada kalimat “kalau nanti tidak cocok”. Nikah itu
diniatkan seumur hidup, selamanya. Bukan suatu eksperimen atau percobaan. Oleh
karena itu, dalam menempuh proses dari awalnya, harus disertai kelurusan dan
kekuatan motivasi. Pernikahan adalah sebuah gerbang kehidupan, yang akan
menentukan corak atau warna seseorang dalam waktu yang lama. Kebaikan atau
keburukan seseorang, bermula dari kondisi keluarga.
Pernikahan adalah ibadah.
Di dalamnya kita tengah menunaikan ketentuan-ketentuan agama yang sakral.
Berhubungan suami isteri saja, dinilai sebagai ibadah. Maka ada adab atau etika
yang menyertai prosesi hubungan suami isteri. Kenikmatan yang bisa didapatkan
dari hubungan seksual adalah bagian dari rasa kesyukuran kepada kemurahan
Tuhan. Karena ada dimensi ketuhanan yang sangat kuat dalam keluarga,
tidak layak menjadikan pernikahan sebagai permainan atau coba-coba.
Menghadapi
Keguncangan Rumah Tangga
Tidak ada keluarga yang
tanpa masalah. Semua keluarga pasti memiliki sejumlahj permasalahan. Namun
keguncangan dalam rumah tangga sesungguhnya bisa diselesaikan. Berbagai
persoalan, konflik, ketidakcocokan dan lain sebagainya, harus bisa dihadapi
dengan sepenuh kesiapan jiwa. Suami dan isteri harus berada dalam posisi yang
sama setiap kali bertemu persoalan kerumahtanggaan.
“Ini masalah kamu, bukan
masalahku”.
“Kamu yang bermasalah,
bukan aku”.
Kalimat-kalimat tersebut
sangat arogan dan akan semakin memperuncing permasalahan. Semestinya suami dan
isteri saling mendekat, dan bersama-sama mengupayakan jalan keluar dari setiap
masalah yang datang. Tidak bersikap saling menyalahkan, tidak bersikap saling
melempar kesalahan. Namun memahaminya sebagai persoalan bersama.
“Ini masalah kita berdua.
Ayo kita selesaikan bersama”.
Kalimat itu lebih positif
dan menyejukkan jiwa. Suami dan isteri harus mampu melampaui setiap persoalan
yang datang menghadang, karena memang tidak bisa dihindarkan. Yang bisa kita
lakukan adalah menghadapinya dengan pikiran jernih, hati bening, jiwa terbuka,
sehingga semua masalah mampu kita jadikan sarana menguatkan rasa cinta dalam
keluarga.
Gambaran kemesraan seorang
istri adalah seperti sebuah lemari yang dipenuhi oleh banyak rak, dan pada
setiap raknya terdapat banyak laci. Setiap kemesraan suami yang diberikan
kepadanya, akan ditempatkan pada laci-laci itu. Semakin banyak seorang suami
mengisi laci-laci itu, akan semakin puaslah sang istri. Namun, bila sang suami
hanya berkonsentrasi membelikan gelang dan kalung emas untuk istrinya, dan
untuk itu dia lembur siang malam, sampai-sampai terkadang melupakan anak
istrinya, walaupun pada akhirnya ia mampu memberikan gelang dan kalung emas itu
, namun hal itu hanyalah mengisi satu laci saja, sehingga masih banyak sekali
laci-laci dan rak-rak yang belum terisi. Dengan demikian, sang istri tetap
merasa tidak mendapatkan kemesraan dari suaminya. Dan selanjutnya, dia pun
tidak akan membalas kemesraan ini kecuali dengan kemesraan yang sedikit saja. Dan
dari sinilah mulai muncul berbagai masalah di antara keduanya.”
Setelah Anda mengetahui
filosofi dasar perasaan istri dan suami, marilah kita baca dan melakukan
kiat-kiat untuk menjaga kemesraan suami istri berikut, semoga bermanfaat :
1. Saat
pulang dan sampai di rumah, pertama kali carilah dan tanyakan tentang istri
sebelum pertanyaan yang lain. Misalnya : saat anak-anak menyambut Anda di depan
rumah, katakan kepada mereka : “Mana Bunda ?”
2. Tanyakan
kepadanya tentang detail harinya. Hal ini menunjukkan bahwa Anda mengetahui
betul dan memperhatikan betul rencana-rencananya pada hari itu. Misalnya :
“Gimana tadi urusannya dengan dokter atau puskesmas?”. Pertanyaan ini bukanlah
pertanyaan interogatif, namun pertanyaan untuk menunjukkan bahwa Anda
sangat-sangat memperhatikannnya dan tidak melupakannya sama sekali.
3. Belajarlah
menjadi pendengarnya yang baik, terutama saat sang istri hendak menceritakan
banyak hal kepada Anda.
4. Janganlah
menunjukkan bahwa Anda ingin sekali menyelesaikan problemnya. Dan sebagai
gantinya, bersimpatilah kepadanya. Dalam salah satu riwayat, suatu hari
Rasulullah SAW menemui ‘Aisyah Radhiyallahu’anha. Waktu itu ummul mukminin
masih berumur 6 tahun-an. Saat beliau SAW sampai kepadanya, beliau SAW
mendapatinya sedang menangis. Maka tanpa bertanya, beliau SAW-pun menangis.
Setelah tangisnya reda, baru beliau SAW bertanya, apa yang menjadikannya
menangis? Ummul mukminin menjawab: “boneka mainannya rusak.” Waktu itu, ummul
mukminin belum mengetahui bahwa Rasulullah SAW adalah suaminya.
5. Ciumlah
sang istri, dan antarkan keluar rumah saat hendak pergi keluar rumah, serta
ucapkan selamat dan sampai jumpa.
6. Peluklah
istri, empat kali dalam sehari semalam.
7. Katakan
kepadanya : Saya mencintaimu, minimal 2 kali dalam sehari.
8. Syukurilah
dia saat melakukan pekerjaan atau pelayanan tertentu.
9. Saat
istri menyiapkan dan menyuguhkan, sanjunglah masakannya.
10. Tunjukkan
rasa senang Anda kepadanya atas penampilannya yang baik.
11. Tempatkan
sendiri perkakas Anda dan jangan menunggu sang istri untuk melakukannya.
12. Jika
sang istri tampak kelelahan atau sibuk, tawarkanlah bantuan Anda kepadanya,
misalnya: menjemput anak dari sekolah, merapikan tempat tidur, meyiapkan makan
malam dan sebagainya.
13. Keluarlah
Anda berduaan saja dengan istri untuk berjalan-jalan santai/hiburan, jangan
sertakan anak-anak. Misalnya: belanja ke pasar atau jalan pagi.
14. Dari
tempat kerja Anda, telponlah istri dan tanyakan keadaannya, atau hanya sekedar
untuk mengatakannya : “Saya mencintaimu”.
15. Berikan
waktu perhatian 20 menit untuk istri tanpa terganggu oleh ketergesa-gesaan
Anda.
16. Saat
sang istri berbicara kepada Anda, letakkanlah koran, atau majalah, atau buku,
atau matikanlah televisi, atau radio, atau tape, atau komputer dan berikanlah
perhatian penuh kepada pembicaraanya, dan pandanglah dia.
17. Sesekali,
saat Anda berbicara kepada istri, eluslah dia dengan tanganmu.
18. Saat
Anda hendak keluar, tanyakanlah kepada istri, apa yang dia inginkan untuk Anda
bawa pulang, jangan lupa memenuhi keinginannya.
19. Jika
kepulangan Anda ada keterlambatan, hubungi dan beritahukan hal itu kepada
istri.
20. Saat
Anda pergi keluar kota, teleponlah dia katakan bahwa Anda telah sampai dengan
selamat. Berikanlah nomor Anda kepadanya, agar bisa menghubungi Anda.
21. Jika
Anda pergi jauh dan lama, beritahukan kepada istri bahwa Anda kehilangan dia
dan sangat merindukannya.
22. Rencanakanlah
bersama istri untuk keluar bersama dan jangan menunggu hari liburan baru
menanyakan apa yang ingin dilakukannya.
23. Toleranlah
kepadanya dan bersikap tetap tenang, saat istri mengalami kelambatan dalam
mempersiapkan diri, atau karena seringnya dia bergonta ganti baju untuk keluar
atau pergi bersama.
24. Saat
sang istri sedang sumpek, bersimpatilah kepadanya.
25. Hal-hal
dari istri yang perlu diperbaiki, catatlah dan tempatkan di dapur dan jangan
biarkan kekurangannya bertumpuk-tumpuk.
26. Kejutkan
istri dengan hadiah-hadiah kecil dari waktu ke waktu, misalnya: kuntum bunga,
cokelat, buku atau hal-hal kecil lainnya yang menyenangkannya.
27. Ingatlah
selalu momentum-momentum khususnya, misalnya: hari pernikahan , ultahnya, dan
semacamnya.
28. Jika
istri sakit, tanyakan keadaan dan perkembangannya dan ingatkan dia waktu-waktu
meminum obat.
29. Jadikan
istri sebagai orang cerdas untuk mengetahui jika Anda hendak keluar atau tidur.
30. Bersiaplah
bersama-sama untuk tidur dan mulailah tidur secara bersamaan.
31. Jika
istri meminta bantuan kepada Anda, maka tolak atau terimalah permintaannya
tanpa mencelanya, atau mengesankan kepadanya bahwa dia bersalah saat meminta
bantuan kepada Anda.
32. Jika
Anda melukai perasaannya, berikanlah simpati-empati Anda kepadanya. Katakan
kepadanya: “Maaf, saya telah melukai perasaan bunda”. Kemudian diamlah, dan
berikanlah kesempatan kepadanya untuk memahami Anda, dan jangan katakan
kepadanya bahwa Anda tidak bersalah.
33. Jika
Anda hendak menjauhi dia untuk beberapa waktu, biarkan dia meminta ketegasan
dari Anda bahwa Anda akan kembali, atau katakan kepadanya Anda perlu ketenangan
dan waktu untuk berpikir serius.
34. Setelah
pikiran Anda merasa tenang dan kembali kepadanya, jelaskan kepadanya tentang
hal yang mengganggu Anda, tanpa ada celaan, dan jangan biarkan dia terus berada
dalam kecemasan.
Sebagai seorang lelaki
(Suami) hendaklah Anda terus-menerus memberikan hal-hal yang ‘kecil-kecil’ di
atas kepada istri Anda, dan sebaliknya, Anda- wahai para istri- hendaklah
selalu sadar dan ingat untuk menghargai segala hal yang diberikan oleh sang
suami kepada Anda.
Ada banyak momentum dan
kesempatan bagi sang istri untuk meraih kredit point dari sang suami, dan kami
persilahkan sang istri mendayagunakan momentum dan kesempatan ini
sebaik-baiknya:
1. Jika
sang suami melakukan kesalahan, maka janganlah sang istri ‘mengajarinya’, dan
jangan pula mengatakan: “bukankah saya telah bilang kepadamu!”.
2. Jika
sang suami mengecewakan keinginan sang istri, maka janganlah sang istri
menghukumnya.
3. Jika
sang suami tersesat jalan dalam menyetir motor/mobil, maka janganlah sang istri
berlebihan dalam bereaksi terhadap hal ini.
4. Jika
sang suami lupa membawakan pesanannya, maka katakanlah: “Nggak apa-apa, semoga
untuk yang akan datang tidak lupa lagi”.
5. Jika
sang istri ‘melukai’-nya, maka hendaklah mengajukan permohonan maaf dan
memberikan cintanya kepadanya sesuai dengan yang dibutuhkannya.
6. Jika
sang istri meminta pertolongan kepada sang suami, dan sang suami menolak, maka
janganlah merasa ‘terluka’ atau sakit hati, dan jangan pula protes atau kecewa.
7. Janganlah
sang istri membuat kesan bahwa sang suami bersalah atau berdosa saat dia (sang
suami) menarik diri atau menjauh.
8. Jika
sang suami meminta maaf dan mengajukan keberatan, maka terimalah permohonan
maaf dan keberatannya dengan rasa cinta dan toleransi.
9. Saat
sang suami meminta sang istri mengerjakan sesuatu, lalu sang istri menolak,
maka ajukanlah sebab-sebab ketidakmampuannya untuk memenuhi permintaan sang
suami itu.
10. Jika
sang suami meminta bantuan sang istri untuk mengerjakan sesuatu, dan sang istri
menerimanya, maka jagalah agar tetap memenuhi permintaan itu dengan jiwa lega.
11. Sehabis
terjadi pertengkaran antara suami dan istri, lalu sang suami memberikan
‘sedikit’ pelayanan kepada sang istri, terimalah pelayanan itu dengan baik dan
hargailah pelayanan itu.
12. Tampakkanlah
rasa bahagia saat sang suami kembali (pulang) ke rumah.
13. Saat
sang istri merasa kecewa, minggir, mundur dan menyendirilah, sehingga ia mampu
mengembalikan kondisi kejiwaannya, kemudian kembalilah kepada sang suami dengan
hati penuh cinta.
14. Dalam
momentum-momentum khusus, tutuplah mata atas kesalahan sang suami yang
mengejutkannya.
15. Saat
sang suami lupa naruh kunci, janganlah sang istri bersikap seakan-akan tidak
bertanggung-jawab.
16. Saat
sang istri diajak ke rumah makan atau tempat wisata oleh sang suami, lalu ia
merasa kecewa, maka tampakkanlah rasa kecewanya secara lembut dan cerdas.
17. Janganlah
sang istri memberikan banyak nasehat kepada sang suami saat sang suami menyetir
motor/mobil untuk mengantarkannya ke tempat tertentu, akan tetapi, berterima
kasihlah atas kesempatannya mengantar Anda ke tempat tujuan Anda.
18. Mintalah
dukungan dari sang suami, sebagai ganti atas ulasan kesalahan-kesalahannya.
19. Ungkapkanlah
perasaan negatifnya secara berimbang, tanpa ada celaan, atau penolakan atau
kekecewaan.
Semoga hal-hal kecil ini
bisa jaga pelihara dalam rangka mawaddatan wa rahmah, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah, sebab hati manusia itu ada di antara dua jemari Allah, yang
membolak-balikkannya sekehendak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar